Visi Dakwah.
… Bacalah!” Rasulullah Saw. Menjawab, “aku bukan orang
yang melek huruf”. Rasulullah bersabda (kepada Aisyah), “Lalu malaikat itu
merengkuh tubuhku kuat-kuat sampai aku merasa sesak. Tidak lama kemudian ia
melepaskanku seraya berkata, ‘Bacalah!’ Kujawab, ‘aku bukan orang yang bemelek
huruf!’ Malaikat itu kembali merengkuh tubuhku sampai tiga kali, kemudian
melepaskanku keraya berkata, ‘Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhamu yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perataraan
kalam(pena). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak ia ketahui’…”
Selanjutnya Dr. Said Ramadhan Al-Buthy menerangkan pelajaran yang
terkandung mengenai awal turunnya wahyu, awal diangkatnya Muhammad Saw. sebagai
nabi dan rasul.”...ini merupakan dasar yang menjadi titik awal semua rangkaian
pengajaran akidah dan syariat Islam. Keyakinan dan pemahanan terhadap hadis
ini, tak pelak, akan mejadi pintu gerbang yang tak boleh dinafikan dalam
perjalanan menuju keyakinan akan seluruh ajaran yang dibawa Rasulullah Saw.,
baik berupa berita mengenai hal-hal gaib maupun perintah agama.”
Visi. Itulah yang pertama kali ditanamkan kedalam diri Rasulullah Saw.
ketika sebuah perjalanan panjang kenabian hendak diembankan kepadanya. Sebuah
dasar yang menjadi titik awal semua rangkaian pengajaran akidah dan syariat
Islam.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, visi merupakan perpaduan lukisan masa
lalu, masa kini dan masa depan yang dibuat saat ini.
Rasulullah Saw. pada “masa
kininya” itu pada saat ayat pertama diturunkan, beliau telah menemukan jawaban
atas kegelisahan yang menderanya selama ini, sekaligus diperlihatkan mengenai
arah hidup yang akan dijalaninya. Telah terpampang sebuah gambaran perjalanan
yang akan hadapinya, yang dalam sejarah kita menemukan bagaimana Rasulullah
Saw. secara totalitas menyeru manusia menuju jalan Tauhid dengan kasih sayang,
kesabaran, keuletan, ketegasan, kelembutan, ketabahan. Ada saat dimana
rasulullah Saw. diterima dengan baik, namun ada juga saat dimana apa yang
dibawa Rasulullah Saw. ditolak bahkan ditentang. Akhirnya kondisi apapun, kita
melihat bahwa manusia itu berhasil dalam menyampaikan risalah yang mulia.
Berhasil menjalankan amanah yang diembankan kepadanya, berhasil memenuhi
capaian visi yang ditugaskan kepadanya diawal perjalanan kenabiannya itu.
Ada saat dimana Rasulullah Saw. mendapat tugas kenabian, lalu
melaksanakan tugas kenabian, dan dalam sejarah tercatat bahwa ia sukses dalam
menjalan tugas kenabian itu.
Setidaknya dakwah kampus (DK) memiliki peran yang sama persis dengan
apa yang diembankan kepada Rasulullah Saw. apa yang menjadi visinya juga
menjadi visi para pegiat dakwah kampus, dan dakwah pada umumnya.
Apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. dalam menjalankan tugasnya
jelas sebuah tahapan dan langkah dakwah yang sangat tersusun rapi, sistematis
dan tepat. Tepat mengambil keputusan, efisien dalam melaksanakan tugas.
Menerapkan strategi yang jitu disetiap situasi dan kondisi sehingga memberikan
hasil yang terbaik.
Manajemen strategik
Manajemen strategik berangkat dari tiga pertanyaan, yang pertama dimana
kita saat ini?. Penting untuk menentukan starting point bagi sebuah lembaga
dakwah kampus yang baru berdiri atau sedang mengalami pergantian pengurus. Tak
jarang kegagalan pada tahap ini menyebabkan pelaksana dakwah terjebak dalam
lingkaran setan target dakwah. Yaitu tidak bergeraknya dakwah. Seolah mengulang
dari awal, padahal dakwah itu sendiri telah berusia cukup lama. Banyak faktor
yang menyebabkan DK gagal dalam tahap ini. Boleh jadi karena persoalan
kepemimpinan, pewarisan, iklim dakwah kampus, lingkunan aktivis dakwah, dan
yang paling penting adalah persoalan kaderisasi. Rasulullah Saw. membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk menentukan titik awal dari perjalanannya dengan
merenung, bertafakkur dan bertahannuts di gua Hira. Hingga pada akhirnya Allah
Swt. mengangkatnya sebagai Rasul. Tauhid
adalah titik awal perjalanan panjang Rasulullah Saw.
Menentukan titik awal gerakan dapat dilakukan dengan melakukan analisis
terhadap kondisi terkini yang sedang dihadapi oleh DK. Secara internal pada
tahap ini DK harus berhasil mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki, meliputi
kekuatan sumberdaya, kekuatan dana, dan juga kekuatan soliditas internal.
Disamping kita juga perlu menemukan kelemahan-kelemahan yang boleh jadi menjadi
penghambat saat proses sedang berjalan. Kombinasi antara kekuatan dan kelemahan
kelak akan menjadi kekuatan yang sangat besar. Sebab yang kuat melindungi yang
lemah, sedang yang lemah memiliki kewajiban memetamforfasa diri agar menjadi
kekuatan.
Secara eksternal DK perlu mempelajari medan dakwah yang sedang
dihadapi, mengidentifikasi potensi-potensi yang berkembang. Bila berpotensi
baik, maka bidiklah sebagai sarana untuk memperkokoh barisan dakwah. Bial
berpotensi buruk maka tinggalkanlah, atau lawanlah. Karena boleh jadi potensi
buruk ini justru sarana untuk meningkatkan imunitas dakwah agar tetap siaga
dalam setiap kondisi sehingga tidak mudah roboh ketika suatu waktu dihempas
oleh badai.
Yang kedua, kemana kita akan pergi?. Kemana DK akan bergerak?. Apa yang
menjadi tujuan dari DK?. Tentu tidak sulit untuk menentukan tujuan umum DK.
Yang sulit adalah menentukan tujuan jangka pendek, sebab ia bergantung pada
kemampuan dalam menentukan titik awal gerakan.
Yang ke-tiga, kapan dan bagaimana kita sampai kesana (tujuan)?. Dengan
cara apa DK meraih tujuan-tujuannya?. Disini, DK harus menerapkan cara-cara
yang strategis, berpikir strategis dan bertindak strategis.
Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan
yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah
“kemenangan”. Berpikir dan bertindak strategis syaratnya adalah kemenangan.
Sedangkan dakwah itu sendiri adalah kemenangan juga nilai yang dibawanya,
Islam.
Mari sedikit belajar dari Rasulullah Saw. pada peristiwa hijrah. Ketika
itu para pemuka Quraisy berkumpul di Dar An Nadwah, sebuah balairung
peninggalan Qushay ibn Kilab. Memutuskan akan mengutus pemuda terbaik dan
terkuat dari setiap kabilah untuk membunuh Muhammad Saw.
Berikut secara singkat strategi Rasulullah Saw., dalam menghadapi makar
yang disiapkan oleh kaum quraisy dan bagaimana Rasulullah Saw. membuat
perencanaan untuk hijrah. Disinilah hikmah yang sangat strategis itu bisa kita
ambil.
…Lalu pada waktu yang telah ditentukan untuk
melakukan makar terhadap Rasulullah Saw., Jibril memerintahkan Rasulullah Saw.
untuk segera hijrah. Selain itu, ia juga melarang beliau tidur ditempat biasa.
Imam Bukhori meriwayatkan dari Aisyah ra.
Berkata, “Di suatu siang yang terik kami duduk di rumah Abu bakar ra. Tiba-tiba
seseorang berseru kepada ABu Bakar ra., ‘itu Rasulullah. datang menyamar pada
waktu yang tidak biasa.’ Abu bakar berkata, ’Demi Allah, beliau datang disaat
seperti ini disebabkan suatu urusan penting.’ Setelah minta diizinkan masuk,
Abu Bakar pun mempersilahkan beliau. Rasulullah Saw. berkata kepada Abu Bakar
ra.,’Mintalah semua orang yang bersamamu itu keluar.’ Abu Bakar ra. Berkata,
‘Demi ayah dan ibuku mereka adalah keluargamu juga, wahai rasulullah Saw.’
Rasulullah Saw. bersabda,’Sesungguhnya aku sudah medapat izin untuk segera
hijrah.’ Abu Bakar ra. Berkata, ‘Ambillah salah satu tungganganku wahai
rasulullah Saw.’ Rasulullah Saw. menyahut, ‘Aku akan membayarnya.’”
Selanjutnya Aisyah ra. Berkata, “Maka, kami
mempersiapkan perbekalan untuk mereka berdua, memasukkan bekal makan kedalam
kantung. Pada saat itu Asma’ binti Abu Bakar mengoyak sebagian kain ikat
pinggangnya untuk dipakai mengikat mulut kantung makanan tersebut. Oleh karena
itulah, ia mendapat julukan Dzat An-Nithaq (Pemilik kain ikat pinggang).
Selanjutnya Rasulullah Saw. pergi menemui
Ali Ibn Abu Thalib ra. Menantu sekaligus sepupu Rasulullah Saw. tersebut ditugaskan
mengurus barang-barang yang dititipkan penduduk Mekah. Pada saat itu, tak
seorang pun penduduk Mekah yang khawatir untuk menitipkan barang-barang mereka
kepada Rasulullah Saw karenakejujuran dan sifat amanah beliau yang telah
diketahui umum.
Sementara itu Abu Bakar ra.
Memerintahkan puteranya yang bernama
Abdullah untuk mencuri dengan hal-hal yang dibicarakan kaum Quraisy tentang
Rasulullah Saw. Ia diminta melaporkannya setiap sore. Selain itu, Abu Bakar ra.
Juga memerintahkan seorang maula-nya yang berama Amir Ibn Fahira untuk
menggembalakan domba-dombanya, kemudian mengistirahatkannya diwaktu petang
didekat Gua Tsaur. Tujuannya agar Abu Bakr ra. Dan Rasulullah Saw. dapat
meminum susu binatang gembalaan tersebut….”
Kronologis diatas menggambarkan bagaimana tindakan sekaligus sebuah
perencanaan yang sangat jitu tengah dilaksanakan oleh Rasulullah Saw. disamping
kemuliaan yang dimiliki oleh Rasulullah Saw.
Pertama Rasulullah Saw. sanggup mengindera kondisi yang sedang
berkembang dikalangan Qurasy. Sehingga Rasulullah Saw. melalaui perintah
malaikat Jibril as. Memutuskan untuk hijrah ke Madinah menyusul para sahabat
yang lain. Kemampuan ini perlu untuk dimiliki oleh Aktivis DK, data-data
terbaru lebih valid untuk digunakan disbanding data-data lama, sehingg perlu
diperbaharui disetiap waktu.
Kedua, Rasulullah Saw. bersikap hati-hati dalam bergerak. Terlihat
bagaimana Rasulullah Saw. melakukan penyamaran diwaktu yang tidak biasa.
Ketiga, Rasulullah Saw. bersegera menyusun rencana untuk menghadapi
makar yang telah disiapkan oleh kaum quraisy. Disini kepiawaian Rasulullah Saw.
dalam memimpin terlihat, dengan memerintahkan Abu Bakar untuk mempersiapkan
semua orang untuk berhijrah, dan memerintahkan yang lainnya untuk mempersiapkan
perbekalan.
Ke-empat Rasulullah juga memerintahkan Ali bin Abu Thalib untuk tinggal
demi mengembalikan barang yang dititipkan orang quraisy kepada Rasulullah Saw.
bahkan dalam keadaan seperti ini Rasulullah Saw. masih menjadi orang yang
paling dipercaya, sebuah akhlak yang sangat mulia. Selain itu selanjutnya Ali
diminta tidur ditempat biasa Rasul tidur. Selanjutnya kita tahu kisahnya.
Kelima kecerdasan pengikut Rasulullah Saw. dalam merespon perintah dari
Rasulullah Saw. juga merupakan kunci dari keberhasilan hijrah ini. Aisyah yang
menyiapkan perbekalan, Abu bakar yang menemani, Asma yang cekatan, Ali yang
berani, Amir yang kooperatif.
Pada akhirnya berpikir dan bertindak strategis diperlukan untuk
meningkatkan daya dan nilai DK. Agar manfaat yang dihasilkan tersebar luaskan
secara massif, baik bagi kader yang bergerak didalamnya maupun subyek dakwah
yang diseur. Yang menyeru dan yang diseru kejalan Allah Swt. semoga senantiasa
mendapatkan keberkahan disisi Allah Swt, serta istiqomah.
-Kang Adhan-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar