Thalabul ‘ilmi (mencari ilmu) adalah sebuah kewajiban. Banyak dalil Al-Qur’an maupun hadist yang menyinggung tentang hal ini. Salah satu di antaranya, “...Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Al-Mujadilah : 11).
Berbicara masalah thalabul ‘ilmi tak dapat dilepaskan dari ajang seleksi Mahasiswa Berprestasi (Mapres) serta PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang berlangsung baru-baru ini. Seleksi Mapres di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) berlangsung pada Jum’at (04/03) di ruang Abdullah Sigit dan diikuti oleh 8 mahasiswa dari berbagai jurusan di FIP. Para mahasiswa ini harus melewati beberapa tahapan tes untuk menjadi Mapres dan yang terpilih menjadi mahasiswa berprestasi adalah Isdiyono.
Ketika berbicara tentang thalabul ‘ilmi, mahasiswa prodi PGSD angkatan 2008 ini teringat tentang Imam Hambali. “Seperti yang dikatakan Imam Hambali bahwa ilmu dapat mudah diserap ketika dalam kondisi kekurangan. Sang Imam Hambali begitu bersemangat dalam thalabul ‘ilmi. Bahkan ketika kehabisan kertas ia menggunakan pelepah untuk menulis. Selain itu antara akademik dan dan organisasi harus tawazun (seimbang) satu dengan yang lain, yakni dengan membuat target, konsisten beribadah, dan action,” ucap mahasiswa yang juga ketua UKMF REALITY FIP ini.
Dari kampus biru, Asriningsih, mahasiswa berprestasi FMIPA 2011 mengungkapkan, “Thalabul ‘ilmi ibarat akar nafas dari peradaban islam dan di sana dibutuhkan ilmu untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada dalam membangun sebuah peradaban,” lanjutnya.” Baginya, menuntut ilmu dilakukan sepanjang hayat. Senada dengan Isdiyono, baginya posisi thalabul ‘ilmi dan organisasi berada pada posisi linear. “Tipsnya, membagi waktu dan memanfaatkan setiap peluang yang ada, “ tuturnya kepada PROGRESS.
Hal yang tak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Faizah dan Listy yang merupakan finalis Mapres FMIPA 2010. “Thalabul ‘ilmi itu wajib dan tidak hanya dilakukan ketika di bangku kuliah,” ungkap Faizah.
“Berbagai ilmu pada awalnya muncul dari kaum muslim. Akan tetapi karena jarang umat islam Islam yang mengkajinya, maka peradaban ilmu kemudian jatuh ke tangan Barat sehingga seolah-olah semua ilmu yang saat ini kita pelajari berasal dari Barat,” sambung Listy. “Ilmu adalah syarat amal. Sebagai muslim, untuk menuju kehidupan akhirat maka harus punya bekal (amal) dan sebelum beramal, maka seseorang harus tahu ilmunya,” tuturnya.
Selain Mapres, ajang yang tak kalah menarik adalah PKM. Tak sedikit mahasiswa dari berbagai angkatan yang turut berpartisipasi dalam kompetisi ini, tak terkecuali mahasiswa angkatan 2010. Shinta D. S. Saragih adalah salah satunya. Mahasiswi Pend. Seni Rupa FBS 2010 ini pun berbagi pengalamannya kepada PROGRESS. Meski belum terlalu memahami seluk beluk PKM, akan tetapi Shinta merasa senang dan berkat kerjasama kelompoknya yang kebanyakan merupakan angkatan atas dari berbagai fakultas dia tidak menemui kendala yang berarti.
Banyak pengalaman yang didapat, seperti pentingnya kekompakan dan kesiapan dalam presentasi, serta ketekunan. Ia juga menyayangkan teman-teman yang belum mengikuti kegiatan ini. “Mungkin memang sosialisasi kegiatan ini dianggapnya kurang sehingga
banyak mahasiswa terutama maba (mahasiswa baru-red) yang belum tahu.” Shinta menyarankan agar teman-teman aktif mencari informasi, jangan hanya menunggu ajakan. “Cobalah untuk ikut karena banyak manfaat yang bisa didapat dari kegiatan ini. Jangan sampai tidak ikut PKM,” ucapnya bersemangat. [reni, ife, wulan]
banyak mahasiswa terutama maba (mahasiswa baru-red) yang belum tahu.” Shinta menyarankan agar teman-teman aktif mencari informasi, jangan hanya menunggu ajakan. “Cobalah untuk ikut karena banyak manfaat yang bisa didapat dari kegiatan ini. Jangan sampai tidak ikut PKM,” ucapnya bersemangat. [reni, ife, wulan]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar