“Barang siapa yang menginginkan dunia, maka hendaklah dia memiliki ilmunya. Barang siapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dia memiliki ilmunya. Dan barang siapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dia memiliki ilmu” [Imam Syafi’i]
Sebuah pengalaman membuka pikiranku untuk senantiasa menuntut ilmu. Pengalaman ini aku dapatkan dari kunjunganku ke sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB). Sebenarnya tujuanku adalah ingin mengetahui bagaimana pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) khususnya tunanetra.
Ketika aku sampai di parkiran SLB itu, murid-murid menghampiriku. Aku agak panik karena tak terbiasa berinteraksi dengan anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka menyambutku dengan penuh antusias. Meski mereka menyapaku dengan bahasa mereka, namun mereka jauh lebih ramah daripada anak-anak normal pada umumnya. Beberapa anak yang lain membantuku men-translate-kan apa-apa yang mereka katakan. Sungguh mengagumkan. Persahabatan dan persaudaraan yang tulus yang kurasakan di sana. Mereka saling melengkapi dengan segala keterbatasan mereka. Saling menolong, saling membantu, dan saling bertegur sapa dengan ramahnya.
Aku pun masuk di ruang kelas tunanetra. Pembelajaran pun dimulai. Ternyata seperti pembelajaran di SD pada umumnya. Hanya saja, anak-anak tunanetra ini lebih mengandalkan pendengaran mereka untuk menerima pelajaran dari guru. Mereka menulis menggunakan huruf braille yang aku sendiri tak paham bagaimana cara menuliskan dan membacanya. Aku terharu saat Winanti, salah satu siswa tunanetra itu mengajariku menulis menggunakan riglet dengan huruf braille. Aku pun berbincang-bincang dengannya lebih jauh saat istirahat. Ternyata ia sudah buta sejak kecil. Ia tak pernah melihat indah dan warna-warninya dunia ini, tapi senyumnya yang selalu merekah mengisyaratkan bahwa ia tak pernah mengeluh dengan keterbatasan yang ia miliki sekarang. Tak ada kata menyerah baginya. “Aku pasti bisa dan aku tak mau kalah dengan anak-anak normal lainnya,” katanya dengan penuh semangat.
Salah satu siswa tunanetra lainnya berusaha keras untuk membaca tulisan di sebuah buku yang baginya itu sangat sulit karena di matanya, tulisan-tulisan itu samar-samar. Ia harus mendekatkan matanya dengan buku bacaan, bahkan sangat dekat meskipun sudah dibantu dengan kaca mata yang sangat tebal. Usaha membacanya begitu besar. Kadang-kadang ia tersenyum malu padaku yang berdiri di sampingnya karena membacanya masih terbata-bata. Serasa ingin menetes air mata ini. Melihat semangat belajar mereka yang luar biasa. Mereka tidak menyerah dengan keadaannya.
Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari mereka. Kita dianugerahi anggota tubuh yang lengkap dan indera yang sempurna. Tapi, sudahkah kita memanfaatkan kesempurnaan kita itu dengan baik? Seharusnya kita lebih bersemangat menuntut ilmu, lebih aktif, kreatif dan produktif. Bukan hanya terdiam menikmati dan mengagumi kesempurnaan kita.
So, tunggu apa lagi? Tuntutlah ilmu sampai ke ujung dunia sekalipun karena ilmu akan meninggikan derajat kita dan ilmu akan membawa kita ke dunia yang terang. Allahua’lam…
Pertumbuhan seseorang itu terbatas namun perkembangan seseorang itu tak ada batasnya. Selama kita mau dan terus menuntut ilmu maka selama itulah kita akan terus berkembang meskipun fisi kita tak lagi tumbuh.
Oleh: Reni Hidayat (Penulis adalah mahasiswi PGSD 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar