Jumat, 15 Februari 2013

Mengawali Kerja Meluruskan Niat



Memulai amanah yang baru ini harus diawali dengan penguatan diri sendiri dulu sebelum kemudian melakukan penguatan tim untuk siap meneruskan kerja-kerja dakwah. Salah satu yang menjadi sangat penting adalah 'meluruskan niat'. Kemarin (8/2),Akh Diar Rosdayana memberikan materi terkait hal ini dalam agenda Temu Pengurus Baru UKKI Jamaah Al-Mujahidin yang telah mendaftar dalam Opera (Open Recruitmen Anggota) jilid 1.

Beliau menyampaikan berapa hal yang harus dilakukan sebelum memulai amanah baru ini, antara lain:



1. Meluruskan niat.
Kita dapat belajar lewat kisah Khalifah Ali Bin Abi Thalib (http://ramahfhunsri.blogspot.com/2011/01/ali-bin-abi-thalib-batal-membunuh.html).
Dalam kisah ini digambarkan betapa pentingnya membersihkan niat dalam hati, amalan yang kita kerjakan semata-mata karena Allah.


2. Meluruskan orientasi amal dan kerja.
Belajar lewat kisah nabi Musa yang berguru kepada nabi Khidir (http://kisahmuslim.com/kisah-nabi-musa-dan-harun-alaihimasssalam-bag-5-selesai/), kita melihat bahwa Nabi Musa sempat kehilangan orientasi amalnya, kehilangan arah/tujuannya mencari ilmu. Bukankah mencari itu diperlukan sikap rendah hati agar mampu menerima ilmu dengan baik? Namun Nabi Musa sempat beberapa kali 'protes' kepada nabi Khidir hingga dia melanggar perjanjian awal. Sikap 'terlalu banyak protes' ini menggambarkan kesombongan, betapa si Pendemo merasa lebih tahu atau lebih tinggi ilmunya dari yang diprotes. Sikap ini akan menjadi batu sandungan dalam beramal. Karena itu kita perlu meluruskan orientasi, untuk apa kita beramal dan arah mana yang kita tuju.


3.Berprasangka baik.
Husnudzon dapat memperpanjang nafas perjuangan kita. Amalan kita pun akan terasa ringan dilakukan.
Dimisalkan kita bertemu pengemis, kita membayangkan dia hanya penipu yang bermalas-malasan untuk mendapat uang dengan mudah, hingga kita tidak jadi mengeluarkan uang sedekah kita. Padahal seharusnya yang kita lakukan hanyalah berurusan dengan niat hati kita. Jika kita berniat bersedekah, maka keluarkanlah sedekah itu, hal-hal lain yang mungkin terjadi misal ternyata pengemis itu kaya dan malah menggunakan harta sedekah kita untuk foya-foya bukanlah urusan kita lagi.


4. Jangan merasa berjasa.
Merasa berjasa dapat melunturkan niat. Perlu kita sadari bahwa dakwah ini dapat berdiri dengan kokoh bukanlah semata karena jasa kita saja. Dalam amal jama'i ini setiap orang memiliki andil yang sama dengan yang lain. Kita tidak pantas merasa sombong terhadap jasa kita sendiri.


5. Merasa pantas dalam jabatan.
Kita tidak perlu mempertanyakan 'kenapa saya yang terpilih?', kemudian merasa berbangga diri. Begitupun kita tidak perlu merasa berhak terhadap jabatan ini. Jabatan ini semata Allah yang memberikan. Alasannya? Hanya Allah yang tahu. Bisa jadi bukan karena kita layak, namun karena kita belum lulus ujian hidup sebelumnya lalu Allah hendak menguji kita lagi. Wallahua'lam.
Seringkali sikap merasa pantas dalam jabatan menimbulkan Post Power Sydrom, terjadi ketika kita selesai menjalani suatu amanah, kemudian muncul sikap yang suka mengkritik kepengurusan selanjutnya, membanding-bandingkan, dan merasa kepengurusannya lebih baik dari kepengurusan setelahnya. Semoga kita tidak terjangkit penyakit ini. Yang perlu kita sadari adalah bahwa beda masa beda tantangan. Kerja dakwah tentu akan berubah wajah sesuai dengan kondisi umat yang sedang dihadapinya, maka tidak perlu membanding-bandingkan keberhasilan amanah kita.


6. Jangan mensyaratkan amal dengan syarat tertentu.
Seringkali timbul kekecewaan dalam diri aktivis dakwah karena mensyaratkan sesuatu dalam amalnnya, dan 

ketika syarat itu tidak ia dapatkan maka ia memilih menjauh dari dakwah, menghilang, gugur di jalan dakwah. Semoga kita tidak termasuk salah satunya.

7. Jangan hentikan kebaikan sekalipun kepada musuh.
Belajar dari pesan Allah kepada Abu Bakar dalam QS AnNur: 22 yang mengatakan tidak akan memberikan sedekah kebada kerabat yang ikut memfitnah Aisyah (http://www.facebook.com/notes/mudahnya-islam/peristiwa-fitnah-terhadap-aisyah-ra-melalui-hadis-2377-dari-aisyah-ra-isteri-ras/489329422910). Seburuk apapun perbuatan seseorang kepada kita atau kepada orang lain, tidak boleh menjadi alasan untuk membenci dan tidak memberi kebaikan. Hal ini pun seringkali dicontohkan Rosulullah antara lain sikapnya terhadap pengemis buta, kaum Qurais, dan sikap Beliau saat fathul Makkah.



Diluar 7 poin di atas, perlu disadari pula bahwa niat yang baik tidak berarti membenarkan cara-cara yang salah dalam bekerja. Kita mencuri dengan niatan untuk membaginya kepada fakir miskin tidak dapat dibenarkan, begitu pula ketika kita memilih mabuk agar dekat dengan target dakwah yang pemabuk merupakan hal yang tidak bisa dibenarkan.

Sebaliknya, niatan buruk tidak akan dihapus dengan cara-cara baik yang terlihat mulia. Kita dapat belajar dari Abu Thalib. Kebaikan dan perlindungan serta kasih sayangnya kepada Rosulullah tidak dapat mengantarkannya masuk surga, disebabkan hingga akhir hayatnya ia belum mengucapkan kalimat tauhid.



Materi yang disampaikan menjadi pedoman oleh pengurus baru UKKI dalam memulai gerak dakwahnya, semoga Pembaca juga dapat menjadikannya pedoman.


Setelah penyampaian taujih, agenda yang diadakan bada Dhuhur hingga Ashar kemaren dilanjutkan dengan pengumuman pembagian bidang dan ta'aruf. Keceriaan sekaligus hikmad tergambar dalam agenda yang di adakan di balkon Student Center lantai 2 tersebut.

Bagi pembaca yang berniat gabung dalam Keluarga Besar UKKI JAmaah Al-Mujahidin UNY, masih terbuka kesempatan untuk mendaftar. Silakan dibaca persyaratan dan caranya dihttp://ukkiuny.blogspot.com/p/open-recruitmen.html

UKKI Jamaah Al-Mujahidin UNY
Tiada Kemuliaan Tanpa Kesungguhan.




-Wulan-
(Profil Penulis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...